Rela Digojlok demi Jadi UVO
MENJADI anggota sebuah klub vespa bagi sebagian kaum muda merupakan kebanggaan tersendiri. Bisa touring bareng sembari berbagai pengalaman dalam forum menjadi cerita di kala muda.
Di samping itu, vespa maupun menjadi komunitasnya patut dibanggakan, baik dari segi kendaraan, sejarah, maupun para pengemarnya.
Para penggemarnya terkenal akan semangat tolong-menolong di jalanan. Hal itulah yang menjadikan beberapa remaja seperti Agus dan Denias serius bergabung di dalam Unnes Vespa Owner (UVO).
Minggu (27/12) kemarin, dua dari enam pemuda resmi menjadi anggota baru klub vespa Unnes angkatan kelima. Hal itu terjadi setelah pagi dan malam sebelumnya terlaksana sebuah orientasi dan perpeloncoan dari angkatan lama.
Minggu pagi, mereka mendapatkan pengetahuan di bidang peralatan vespa. Mereka diwajibkan menuju pos-pos di area kampus Unnes dengan mendorong vespa dari kanan untuk mendapatkan materi dan ujian.
Cobaan itu bertambah karena vespa yang mereka dorong harus masuk gigi tiga dan busi dilepas. Ujian lain yakni adu cepat menghidupkan mesin vespa. Mereka harus menyusup ala militer pada bagian bawah belasan vespa yang berjajar dengan dicecar berbagai pertanyaan.
Materi tentang problem solving, kepemimpinan diajarkan Bubu (23), angkatan keempat. Penempatan fisik dan nonfisik itu, dimaksudkan agar mereka siap mental, bisa berpikir cepat, serta mematuhi AD/ ART yang berlaku.
Seusai itu, mereka membersihkan diri dari oli yang melumuri tubuh di sungai di Kalialang, Gunungpati. Penyerahan KTA dan kaus seragam di sana menjadi peresmian pelantikan anggota klub vespa tingkat mahasiswa pertama itu.
AD/ ART
Agus Nurfuadi (19) tak pantang meski badan dilumuri oli demi menjadi anggota baru. Mahasiswa Sosiologi-Antropologi Unnes itu, menganggap setiap ujian yang diberikan merupakan hal menyenangkan. Semasa SMA, dia juga mengikuti perkumpulan serupa. Bermodalkan vespa PX E hadiah ulang tahunnya, dia ingin membawa UVO lebih maju dari sebelumnya.
Tahun 2002 lalu, UVO berhasil mengumpulkan penggemar scooter itu di Unnes sebanyak 1.000 lebih. Maka, pihak rektoratpun berapresiasi karena komunitas kecil tersebut mampu memperkenalkan nama Unnes.
”Saya senang sejak SMA. Meski berat, ujian ini tetap saya ikuti. Sebab, kalau sudah senang, apapun dilakukan dengan senang juga. Kalau melanggar AD/ART, bisa-bisa dikeluarkan dari keanggotaan. Makanya, touring dengan tidak ugal-ugalan tetap saya pegang,” terangnya.
Denias (20), banyak teman. Meski vespa PX 150 pinjaman dari seniornya, pemuda asal Wonosobo itu tetap antusias mengikutinya. Ketertarikannya pada vespa mengalahkan cobaan. Baginya, ini membawa pengalaman berorganisasi.
Dari situ, dia bisa belajar apapun. ”Berat ya berat, tapi senang menjalaninya. Pengalaman organisasi juga bisa didapatkan dengan perkumpulan yang nyantai ini,” ujarnya.
Aga (25) Ketua UVO akan terus menyatukan penghobi otomotif dari berbagai kalangan, termasuk pecinta vespa nonkampus. Meski pendirinya telah lulus, komunikasi anggota klub yang terdaftar dalam Ikatan Vespa Indonesia (IVI) ini tetap terjalin. Keanggotaan bisa dicabut bila mereka melangggar AD/ART, di antaranya mengikuti petemuan setiap Jumat malam dan mengisi kas.
Selain touring, mereka juga memiliki kegiatan positif seperti bakti sosial. Komunitas vespa yang telah berumur 8 tahun ini akan mengusung organisasi ini menjadi unit kegiatan mahasiswa. (Rima Mayasari-56)
sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/12/28/92931/Rela.Digojlok.demi.Jadi.UVO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar